Desain Grafis - Prinsip- prinsip tata letak



Unsur-unsur Tata Letak
            Secara sederhana pengertian desain grafis yang menurut Effendy (1989 : 154) “penataan media komunikasi secara cetak-mencetak dengan citarasa keindahan”.
            Berdasarkan pendapat Effendy tersebut, maka desain grafis merupakan komunikasi tertulis pada media tertentu seperti buku, majalah, buletin, brosur, leaflet, spanduk, dan lain-lain. Penyampaian pesan yang secara tertulis dapat  mendesainnya sedemikian rupa dengan mengkolaborasikan warna, tekstur, garis, dan lain sebagainya, sehingga dapat menimbulkan daya tarik tersendiri.

Secara umum prinsip-prinsip dalam penyusunan tata letak terdiri atas:

1.    Keseimbangan (proportion) 

            Keseimbangan (proportion) merupakan perbandingan yang dianggap tepat antara panjang dengan lebar antara bagian dengan bagian lain atau bagian dengan unsur secara keseluruhan. Sejak jaman dahulu sudah didunakan teori keseimbangan yang dikenal dengan the golden section yang sudah banyak diterapkan dalam bidang seni, arsitektur, dan spiritual karena pendekatanya berkait dengan hal yang bersifat ideal dan tentunya menyentuh dengan sisi ketuhanan sebagai sesuatu yang absolut. The golden section biasa juga disebut The golden mean, golden ratio, dan divine proportion.

 

            Dalam disain grafis, semua unsur berperan menentukan proporsi, seperti hadirnya warna cerah yang diletakan pada bidang/ruang sempit atau kecil.

Kesebandingan dapat dijangkau dengan menunjukkan hubungan antara:

·         Suatu element dengan elemen yang lain.
·         Elemen bidang/ruang dengan dimensi bidang/ruangnya.
·         Dimensi bidang/ruang itu sendiri.


2.    Keseimbangan (balance)
            Setiap karya desain grafis harus dapat mengkomunikasikan informasi secara jelas sekaligus estetis, hal itu memerlukan keadaan keseimbangan pada unsur-unsur yang ada di dalamnya agar tujuan tersebut dapat tercapai. Keseimbangan akan lebih terlihat ketika anda menyatukan pandangan pada sebuah desain secara keseluruhan, sehingga tidak tertangkap kesan berat sebelah, penuh sebelah, ramai sebelah dan seterusnya. Sehingga keseimbangan atau balance secara visual dapat diartikan kondisi yang sama berat. Pembagian tersebut dapat dilihat dengan prioritas horizontal (kanan kiri) dan vertikal (atas bawah).

Ada dua metode pendekatan dalam menciptakan keseimbangan :
a.    Keseimbangan simetris (formal balance)
Merupakan keseimbangan yang berdasarkan pengukuran dari pusat yang menyebar dan membagi sama berat antara kiri dan kanan maupun atas dan bawah secara simetris atau setara. Keseimbangan ini bersifat sederhana, terkesan resmi atau formal.


b.    Keseimbangan asimetris (informal balance)
Image result for asymmetric design       Merupakan keseimbangan yang tersusun atas unsur-unsur yang berbeda antara kiri dan kanan namun dari komposisinya terasa seimbang. Keseimbangan asimetris dapat dilakukan dengan penyusunan ukuran, garis, warna, bidang dan tekstur. Di satu sisi menempatkan beberapa unsur dengan ukuran kecil dan disisi lain dengan satu unsur yang berukuran besar sehingga terasa imbang. Keseimbangan ini terkesan dinamis, tidak monoton dan tidak formal.






3.    Irama (rhythm)
             Irama adalah pola tata letak (layout) yang dibuat dengan melakukan pengulangan unsur-unsur tata letak secara teratur agar menciptakan kesan yang menarik. Irama menyebabkan kita dapat merasakan adanya pergerakan, getaran, atau perpindahan dari unsur satu ke unsur lain. Irama visual tersebut dapat berupa repetisi maupun variasi. Repetisi adalah irama yang dibuat dengan pengulangan unsur visual yang teratur, tenang dan tetap/konsisten. Sedangkan variasi adalah pengulangan unsur visual yang disertai perubahan bentuk, ukuran dan warna. Irama diciptakan dengan tujuan tertentu, misalnya untuk membuat kesan teratur dapat diciptakan dengan repetisi. Sedangkan variasi untuk menciptakan kesan dinamis, dan atraktif. Dengan adanya irama / pengulangan dapat mengajak mata pemirsa untuk mengikuti arah gerakan yang terjadi pada sebuah karya visual.   
         
                                                                       
                        


4.     Kontras (contrast)
            Dalam menyampaikan informasi perlu disusun berdasarkan prioritas, sehingga akan muncul informasi mana yang paling penting dan perlu ditonjolkan. Sehingga informasi tersebut akan dieksekusi melalui elemen visual yang kuat dan mencolok. Hal itu dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip kontras yaitu adanya perbedaan yang mencolok pada beberapa unsur tata letak. Kontras dapat anda lakukan dengan beberapa cara, misalnya dengan menggunakan warna yang berbeda sehingga lebih mencolok, ukuran foto/ilustrasi dibuat besar diantara yang kecil, menggunakan pemilihan font yang berbeda typefont maupun ukurannya, mengganti irama serta arah juga dapat anda lakukan. Sehingga tujuan utama dalam penerapan prinsip kontras adalah untuk memberikan penekanan (emphasis) yaitu untuk mengarahkan pandangan pembaca pada suatu yang ditonjolkan (focal point/stopping power/center of interest). Semua istilah tersebut memiliki arti yang sama yaitu pusat perhatian untuk merebut perhatian dan menghentikan pembaca dari aktivitasnya.





5.    Kesatuan (unity)
   Kesatuan atau unity merupakan salah satu prinsip yang menekankan pada keselarasan dari unsur-unsur yang disusun, desain bisa dikatakan menyatu apabila secara keseluruhan tampak harmonis. Prinsip kesatuan juga dikenal dengan istilah Proximity yang artinya kedekatan. Prinsip ini dipakai untuk menyatukan unsur-unsur layout seperti tipografi, ilustrasi, warna, dll. Dengan adanya kesatuan itulah, unsur-unsur didalamnya akan saling mendukung dan melengkapi sehingga diperoleh fokus sesuai tujuan yang diinginkan. Prinsip kesatuan memiliki peran untuk menyatukan arah. 
 

 
   

Comments

Popular posts from this blog

KONFIGURASI VSFTPD - Tugas ASJ